Friday, September 12, 2014

Mengapa Remaja Mengalami Phimosis

Phimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah antara preputium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel preputium (smegma) mengumpul didalam preputium dan perlahan-lahan memisahkan preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal.
Phimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau didapat, misalnya karena infeksi atau benturan. Menurut spesialis andrologi munculnya phimosis pada remaja dapat disebabkan beberapa faktor seperti halnya:
  • Phimosis bawaan merupakan salah satu penyebab adanya phimosis pada remaja, sebagian anak mulut kulupnya sangat tipis. Hal ini membuat kulup tidak bisa kembali, mengakibatkan munculnya gejala phimosis,dan seluruh perkembangan kepala penis menjadi terganggu
  • Kulup terlalu panjang menyebabkan peradangan pada kulup serta luka pada kepala penis. Hal ini juga merupakan penyebab phimosis.
  •  Kehilangan elastisitas dan perluasan kemampuan pada kulup, kulup yang tidak dapat kembali, disertai dengan penyempitan mulut uretra hal ini dapat menyebabkan terjadinya phimosis.
Artikel from: Klinik Utama Metropole
Peringatan : jika anda merasa artikel kami belum jelas atau anda ada pertanyaan lain, maka anda bisa klik konsultasi online, dimana pakar kami akan menjawab pertanyaan anda, atau hubungi nomor 021-6911922/6911921. Klinik Utama Metropole Jakarta berharap semoga anda senantiasa sehat. 

Tips hangat untuk ke rumah sakit: Silakan buka website kami untuk memahami informasi tentang Klinik Utama Metropole, bebas biaya pendaftaran, tidak perlu antri, dan dapat diprioritaskan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis. Terima kasih.

  

No comments:

Post a Comment